Cerita-Cerita Seks Sejagat
Cerita ini bermula pada suatu siang saat hujan tengah mengguyur kota
Yogyakarta dengan derasnya. Karena kosku jauh dari kampus, maka dengan
diantar Rio teman sekampusku, kami berteduh di kos Leo sahabat Rio yang
kebetulan kosnya berada tidak jauh dari kampusku.
Untuk mengisi waktu, Rio memutar VCD porno yang ada di kamar Leo dan aku
ikut menontonnya karena sebenarnya aku sudah biasa menonton film
begituan sebelum bercinta dengan pacarku yang dulu. Makin lama kami
bertiga makin hanyut dalam hayalan di tengah lenguhan dan jeritan sang
bintang biru di layar kaca.
Ketika adegannya memperlihatkan seorang cewek tengah digarap oleh dua
lelaki, aku mulai merasa tidak karuan. Entah mengapa aku selalu sangat
terangsang bila melihat adegan-adegan seperti itu, dan kurasa mereka
berdua pun demikian karena sesekali mereka mencuri pandang menatapku
dengan aneh.
Timbul pikiran dalam kepalaku membayangkan aku lah yang sedang di layar
TV menikmati sorga dunia yang tiada tara itu. Kulihat kedua pria di kiri
kananku semakin gelisah, dan dengan curi-curi kulihat benda di balik
celana mereka mulai menggembung. Aku mulai menebak-nebak ukuran kedua
benda itu dalam hatiku dan berharap mereka melakukan sesuatu duluan,
sebab aku semakin tidak kuasa menahan gelora birahiku. Kurasakan
celanaku mulai basah menyaksikan adegan-adegan panas dan seru itu.
"Kamu pernah ML?" tanya Leo memecah kebisuan.
"Pernah, dulu dengan mantanku. Emangnya kenapa?" jawabku menggoda.
"Nggak pa-pa, cuma nanya. Ada nggak impian kamu yang belum terjadi?"
"Yah.., jujur saja aku suka membayangkan bagaimana rasanya kalo ditiduri
oleh dua laki-laki sekaligus seperti dalam film-film yang itu lho."
jawabku setelah ragu sejenak.
"Mau nggak kalo sekarang?" tanya Rio dengan tersenyum menggoda dan aku jadi sangat ingin mencobanya.
"Tergantung.., penis kalian besar atau nggak. Soalnya aku juga pengen merasakan kepuasan yang total. Gimana?" tantangku.
"Nggak usah takut deh, taruhan kamu pasti akan sangat puas, dan aku
malahan kuatir kamu nggak bakal kuat ngadepin kita. Lihat nih..!" sambil
berdiri Leo membuka celananya sekaligus sampai benda favoritku itu
muncul mendadak di depan hidungku.
Gila panjang banget, bahkan lebih panjang dari penis mantanku dulu. Aku
hanya dapat menatap takjub. Pasti tidak akan muat deh mulutku mengemut
penis sepanjang itu.
Sementara itu Rio rupanya sudah tidak dapat menahan nafsunya. Dia
langsung mendekatiku dan meremas payudaraku yang tidak terlalu besar
tapi aku yakin pasti memuaskan, karena montok dan indah bentuknya. Aku
melenguh pelan menerima serangan mendadak itu. Leo menarik rambutku dan
kumengerti sebagai isyarat untuk mulai mengemut 'adik'-nya itu. Kukecupi
ujung penisnya dengan lembut dan mulai menjilati perlahan mulai dari
bawah hingga ke ujungnya dengan maksud ingin menggodanya.
Leo mulai mendesah nikmat membuatku semakin bersemangat untuk membuat desahan itu semakin keras.
"Oohh.., yes.., terus Han.., Kamu memang pintar."
"Ungongg.. umh.." jawabku tidak jelas dengan batang kemaluan sepanjang 20 senti di dalam mulutku.
"Ooh.. kontolmu enak sekali Yang. Uhmp.. sroot.. wow.. aku.. oohh.." aku
semakin tidak terkendali menikmati sensasi yang kurasakan.
"Hana, tetekmu indah sekali. Ouu.., pantatmu juga. Kenapa sih kamu nggak
pernah cerita kalo kamu punya badan yang sangat menggoda seperti ini?"
puji Rio sambil menjilati putingku yang sudah menegang dan agak besar
karena sering dihisap oleh pacarku.
Tangannya membelai pantatku dengan lembut dan diselingi dengan remasan dan cubitan gemas yang cukup sakit namun merangsang.
Aku agak terkejut ketika kusadari ternyata Rio telah membuka seluruh
pakaianku sehingga aku betul-betul bugil di hadapan mereka berdua. Namun
efek melihatku bugil serta kuatnya hisapanku dan frekuensi kocokan pada
batang kemaluannya ternyata sangat berpengaruh, sehingga Leo cepat
mencapai orgasme dan memuntahkan maninya di dalam mulutku yang langsung
kutelan dengan rakusnya. Uuh.., rasanya enak sekali.
"Enaknya.., sini Yang kujilati lagi jangan sampai tercecer." rengekku
sambil menarik lagi penis Leo ke dalam mulutku dan menjilatinya dengan
liar.
Tanganku yang kiri mendorong kepala Rio makin rapat dengan dadaku,
sementara dadaku sendiri kulambungkan ke arahnya. Aku tidak perduli lagi
dianggap apaan, pokoknya aku ingin menikmati surga dunia ini dengan
seluruh jiwa ragaku. Di sini saatnya sisi diriku yang lain yang selalu
tertutupi oleh predikat mahasiswi teladan boleh muncul tanpa perlu malu.
Rio kemudian mengambil alih tubuhku. Diaturnya sedemikian rupa di atas
tempat tidur dengan posisi kaki mengangkang di tepi tempat tidur,
sehingga vaginaku yang berwarna pink tersibak dengan jelas di antara
bulu-bulu halus dan Rio langsung berlutut di depan selangkanganku.
Tangannya membelai daerah pinggul lalu turun, berputar dan berhenti di
vaginaku, memainkan klitorisku setelah membuka belahan bibir bawahku
setengah kasar.
"Oh ya.. oouu enak.. Hmmph.."
"Cantiknya.."
"Oouu..!" aku menjerit pelan ketika dia mencubit klitku.
Kedua tangannya lalu membuka bibir vaginaku lebih lebar lagi dan
kusambut dengan lebih mengangkangkan kakiku agar dia lebih leluasa
mempermainkan vaginaku. Kurasakan lidahnya menyentuh bagian dalam
vaginaku perlahan, lalu semakin liar membuatku bergerak tidak karuan
mengimbangi serangan-serangan Rio.
"Teruss Yang..! Jangan berhenti.., Oh yeah.. enak banget."
Kugerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan, kadang ke atas menahan rasa
geli dan nikmat. Jeritanku mulai mengisi kamar itu mengalahkan jeritan
dalam VCD, dan itu tampaknya semakin membakar nafsu kedua lelaki itu.
"Aaww yess..!" seruku ketika Rio menggigit kacang yang sangat sensitif itu.
Kugerakkan tanganku mencari kepalanya dan kuremas rambutnya sambil terus mendorong agar kepalanya tetap berada di vaginaku.
"Leo udah dong istirahatnya, sini kontolmu kuisap lagi..!" pintaku manja.
Leo tersenyum dan mendekatiku, mencium bibirku dengan ganas, kusambut
permainan lidahnya dengan bersemangat pula. Lidahnya berputar liar dalam
mulutku beradu dengan lidahku, dan kami terus mencoba menghisap lidah
satu sama lain, nikmat sekali! Puas bermain di mulutku, dia
meneruskannya di belakang telingaku, menghisap setiap senti leherku
hingga turun ke dadaku menyentuh payudaraku yang putih dan menegang.
Dengan rakus dihisapnya payudaraku seakan ingin dimasukkannya semua ke
dalam mulutnya, sementara tangannya meremas puting kiriku dan
memutar-mutarnya. Aku melenguh habis-habisan diserang dari dua sudut
sumber birahiku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja setiap bagian tubuh
Leo yang berhasil kupegang segera pula kubalas menghisapnya, tanganku
yang satu meremas rambut Rio, sedangkan yang lain mencari dan membelai
bagian tubuh Leo.
Melihat serangan Leo, Rio pun tidak mau kalah membuatku menjerit nikmat
dengan mejilati lubang pantatku. Aku agak terkejut karena baru sekali
ini merasakannya, namun menikmatinya juga. Entah apalagi yang
dilakukannya, aku tidak perduli lagi walaupun sakit yang penting itu
dapat membuatku semakin nikmat.
"Udah Sayang.., oh.. masukkan sekarang, aku dah nggak tahan lagi.
Please..!" aku benar-benar tidak sabaran lagi dipenuhi oleh nafsu untuk
segera merasakan nikmatnya vaginaku dimasukki batang kemaluan mereka.
"Ayo dong..! Oouhh.. udah stop, memekku udah gatal nih..!"
"Sabar dong Han, baru juga segini. Bentar lagi deh, aku masih mo mainin
memekmu. Aku suka sih baunya, harum.. nggak seperti bau memek
pacar-pacarku dulu."
"Jelas dong. Kan punyaku kurawat tiap hari pake pembersih khusus wanita, so pasti harum dong."
"Cepeten dong friend, aku kan juga mau ngerasain memeknya. Masa dari
tadi aku kebagian mulutnya aja?" protes Leo. Aku tersenyum.
"Jangan kuatir nanti pasti kebagian. Pokoknya terserah deh kalian mo
ngapa-ngapain aku hari ini, I'm yours..!" hiburku di sela-sela desahan.
"Sayang ayo kontolmu..!" kumiringkan badanku meraih penis Leo di sampingku dan segera mengemutnya bagaikan es krim.
Kuvariasikan hisapanku dengan jilatan pada buah zakarnya hingga batang
sampai ujung penisnya dengan gigitan kadang pelan kadang keras yang
pasti membuatnya 'nggak ku-ku'.
Taktikku itu berhasil. Leo langsung 'blingsatan' tidak karuan setengah
mendesah setengah memaki dan menjambak rambutku, meremas payudaraku
keras-keras hingga memerah. Aku mengeluarkan jeritan tertahan berhubung
batang kemaluannya tengah kuhisap.
"Huumph.. enaknya. Aku ketagihan nih ama kontolmu..!" godaku sambil menatap wajahnya.
Leo menjawab dengan menjambak rambutku lebih keras dan menyentakkan
penisnya ke dalam mulutku sampai aku tersedak namun dia tidak perduli.
Permainannya semakin kasar dengan menggigit leherku dan memaksa
hisapanku semakin keras, tapi aku menyukai cara-caranya. Kini tubuh
bugilku penuh cairan campuran keringat dan liur mereka.
Rio menggosok batang kemaluannya di daerah vaginaku, dan tiba-tiba
dengan sekali sentakan keras dia mendorang penisnya masuk ke vaginaku.
Satu menit dibiarkannya di dalam, diam lalu dikeluarkannya lagi,
didorongnya lagi lalu dikeluarkan lagi, mula-mula secara perlahan namun
kemudian semakin cepat. Kedua kakiku dipakainya untuk berpegangan agar
pinggulnya mudah digerakkan.
"Oh yeah.. oh yeah.. oouu terus oh Sayang enak sekali. Ohh.. lebih
keras, yeah. Lebih keras lagi, auww sakit..! Enak, nikmat..!"
cerocosanku berhenti ketika Leo memasukkan kembali batang kemaluannya ke
dalam mulutku dan membuatku sibuk melayaninya.
"Ohh.. Sheet..! Memekmu rapat sekali Han, sakit tapi enak..! Oh yeah..!
Ayo.., enakkan..? Oukh.. yeah..!" Rio bergumam tidak karuan, sesekali
ditepuknya pinggulku dengan keras, membuatku tersentak kesakitan.
Bosan dengan posisi demikian, Leo mengambil alih vaginaku, dan tanpa
basa-basi langsung menusukkannya di lubang kenikmatanku. Saking
panjangnya, kupikir liangku tidak akan muat menelan seluruh batang
penisnya sampai ke pangkalnya. Aku menjerit keras ketika Leo memaksa
penisnya agar masuk sedalam mungkin. Kurasakan kemaluannya menyentuh
dinding rahimku. Posisiku kini berubah, bukan tiduran lagi namun agak
jongkok, karena Rio telah berbaring di depanku meminta jatah kocokan
mulutku yang mungil ini.
Seperti dugaanku, batang kemaluan Rio tidak lah sepanjang punya Leo,
tapi tidak juga pendek, namun lingkar diameternya lebih besar dari Leo,
sehingga tetap saja aku kewalahan menghisapnya berhubung bibirku kecil.
Aku berjongkok di antara kedua tungkainya dan bertumpu pada kedua
sikuku, sementara Leo dengan ganasnya menusukkan penisnya ke dalam
vaginaku sambil memaki-maki dan melenguh kenikmatan.
Agar tidak terlalu keras menjerit menahan serangan Leo, aku mencoba
berkosentrasi pada batang penis Rio dan mulai bekerja menjilat,
menghisap, menggigit dan mengocoknya dengan bersemangat seirama dengan
sodokan yang kuterima dari arah kemaluanku.
"Uhh.. mmph.. kontolmu besar juga Yang, enak..!" pujiku.
Rio tidak menjawab karena sedang menikmati sensasi pijatan mulutku.
Kuputar-putar ke kiri dan ke kanan di dalam mulutku sambil kuhisap
dalam-dalam, kutahan lalu kulepaskan setelah sekian detik membuatnya
meringis nikmat. Tidak ada kata lain memang yang dapat mewakili perasaan
yang kami alami selain nikmat yang tiada tara. Aku sangat menikmati
peranku melayani kebutuhan seksual dan menjadi objek pemuas nafsu
mereka.
"Leo, aku mau keluar. Oouu.. Ooohh yeah..! Aahh..!" jeritku ketika mencapai orgasme.
Leo tetap liar menyodok liangku, sesekali tangannya bergerak ke bawah
mencari klitorisku dan mencubitnya sampai aku menjerit antara sakit dan
nikmat. Selanjutnya berbagai posisi mereka atur tubuhku, sementara aku
hanya dapat menurut disuruh apa saja, sebab seluruh tubuhku pasrah
menerima perlakuan mereka.
Badanku gemetar hebat melepas orgasme berkali-kali, tapi mereka tetap
saja belum orgasme. Bergantian mereka menggarap vaginaku, sementara aku
terus berusaha mengimbangi mereka. Bagaimanapun aku tidak mau kalah
menunjukkan kebinalanku di tempat tidur, dan kurasa mereka sangat
terkesan melihatku sangat hebat bergerak liar dan menjerit-jerit. Kami
semakin hanyut dalam gelorah nafsu birahi, hingga akhirnya aku mau
keluar. Rio semakin keras menyodokku, lalu tiba-tiba ditariknya penisnya
dan dibawa ke mulutku. Aku segera menyingkirkan batang kejantanan Leo
dari mulutku dan menyambut penis Rio dengan terburu-buru.
"Oh cepat sini Sayang..! Biar kuemut sampai keluar, Ooohh..!"
Kuhisap cepat dan kukocok batang kemaluannya di dalam mulutku, semantara
penis Leo sudah nangkring di sarangnya mengaduk-aduk vaginaku. Dalam
beberapa menit, muncratlah sperma Rio memenuhi rongga mulutku dan
kutelan setelah kumainkan sejenak. Semprotan kedua muncrat mengenai
seluruh wajahku dan semprotan ketiga sebagian berhasil kutangkap dalam
mulutku, namun sebagian sukses membasahi wajahku pula.
"Hmm.. banyak sekali spermamu Yang, enak..!" kataku sambil menjilati
penisnya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal.
"Udah dong Hana. Geli nih..! Nggak usah rakus gitu, nanti juga bisa kok
kamu dapatin. Tenang aja.. asal memekmu masih bisa kuubek-ubek, spermaku
juga masih bisa kamu nikmati." ujarnya kegelian.
Akhirnya kurelakan batangnya pergi dari mulutku.
Karena wajahku penuh sperma, maka kubersihkan dengan jari-jariku dan
kujilati setiap jari untuk mendapatkan sperma yang tercecer itu. Sejak
pertama kali pacarku menyuruh menelan spermanya, aku langsung
tergila-gila dan jatuh cinta menelan setiap sperma dari laki-laki yang
meniduriku. Aku asyik mengemut jari-jariku sendiri sambil menjerit
menikmati sodokan-sodokan Leo yang semakin cepat. Pasti sebentar lagi
dia off. Benar saja kataku, tidak lama kemudian kurasakan otot-ototnya
makin tegang pertanda maninya udah di ujung penis. Cepat-cepat kutarik
vaginaku.
"Tahan Yang bentar..!" aku langsung bergegas bangun dan turun dari
tempat tidur, lalu berlutut di depan batang penisnya dan menyambarnya
masuk ke mulutku.
Leo meringis ketika kemaluannya kuhisap dan kukocok kuat berkali-kali.
"Oh yeah.. terus..! Hampir, ayo Hana..! Ohh.. Aahh..!" seruannya
membahana keluar mengiringi muncratnya cairan putih susu yang kental dan
hangat dalam rongga mulutku.
Enaknya, aku terus menghisap dengan rakus tidak ingin ada setetes sperma pun luput dari mulutku.
Leo berkali-kali memuncratkan lahar putihnya itu hingga akhirnya dia
terduduk lemas di tempat tidur, tapi aku tetap tidak berhenti. Kuhisap
batang kemaluannya dan kubersihkan dengan lidahku sampai benar-benar
bersih. Rio menonton adegan itu dari sudut kamar di atas sebuah kursi
sambil memegang batang kemaluannya menatap pinggulku yang terangkat naik
memperlihatkan vaginaku yang membengkak dan berair.
Sedang asyiknya aku menjilati batang kemaluan Leo dan bergerak ke atas
ke arah pusarnya, tiba-tiba Rio bangkit dan meremas pinggulku. Kedua
tangannya membuka belahan pantatku dan berlutut di belakangku, tepat di
antara kedua pahaku dan mulai menjilati vaginaku ramai sekali hingga
berbunyi kecipak-kecipuk. Hisapannya pada klitorisku kembali menaikkan
birahiku, dan aku semakin bersemangat menjilati seluruh badan Leo yang
terbaring kelelahan.
"Han.. sodomi ya..?" pinta Rio setelah sekian lama mengerjai daerah vaginaku dan sekitarnya.
"Terserah tapi pelan-pelan ya, aku belum pernah soalnya." kataku di
antara kesibukan mengecup dan membelai dengan lidah bagian dada Leo yang
ditumbuhi bulu-bulu subur naik ke lehernya dan mendarat di bibirnya.
"Tenang aja, nggak kalah nikmat kok, sekali mencoba pasti ketagihan."
ujar Leo pelan menggenggam rambutku dan melumat bibirku dengan ganas
sampai seisi mulutku pun tidak luput dari perhatian liarnya.
Dengan posisi doggy style di atas, tubuh Leo asyik bertukar-tukar ludah,
Rio meludah tepat di lubang duburku dan menusuk-nusukkan ibu jarinya
untuk melicinkan jalan penisnya nanti. Dan, bless.., aku menancapkan
kuku-kukuku di bahu Leo menahan rasa sakit ketika Rio menusukkan batang
kejantanannya ke dalam anusku. Aku ingin berteriak tapi Leo telah
membungkam mulutku dengan lidahnya yang liat. Rio terus memompa anusku
dengan penisnya yang berdiameter super itu makin lama makin cepat dan
mencengkram pinggulku erat-erat, mengayunkannya berlawanan dengan arah
sodokannya hingga menimbulkan tumbukan yang luar biasa enak.
Leo rupanya mulai pulih kekuatannya, dia menggeser badannya hingga
batang kemaluannya itu tepat berada di depan mulutku. Tanpa basa basi,
kusambut batang kemerahan yang telah memberikan aku nikmat tiada terkira
itu dengan servis istimewa. Kutusukkan ujung lidahku tepat di lubang
saluran penisnya berkali-kali dan kuhisap kuat-kuat hanya pada ujungnya
saja.
"Auwww..yes pintar kamu girl! Tanganmu sini genggam buah zakarku biar lebih enak."
Kuturuti permintaanya dan kelima jari-jari lentikku mulai membelai,
meremas buah zakarnya dan kulanjutkan dengan mengocok batang kemaluannya
mengimbangi hisapanku dan sodokan Rio. Leo langsung merem melek
menikmati pelayananku.
"Kenapa? Enak ya Yang..? Uuhh.. ouw.. enaknya. Liat nih..!"
kutepuk-tepukkan penisnya di daerah mulutku sambil kuberikan dia senyum
dan tatapan menggoda alias mesum.
Kuangkat kedua tungkainya dan kususupkan kepalaku ke bagian pantatnya
hingga dadaku rebah menyatu dengan kasur meski pahaku masih dalam posisi
doggy style. Kujilati daerah anusnya hingga Leo merintih kegelian.
Semakin dia meringis semakin terbakar nafsuku untuk memberinya kepuasan
dari seluruh tubuhku.
Jilatanku berganti dengan hisapan dan tusukan ibu jariku ke dalam liang
anusnya. Kubuang rasa jijikku, yang ada hanyalah hasrat ingin melayani
dan memberikan kepuasan kepada kedua jagoanku itu. Lama-lama aku merasa
menjadi pelacur ahli tempat pemuas nafsu seksualitas mereka, namun
anehnya aku malah semakin merasa horny dengan perasaan demikian.
Dengan rasa itu, ditambah pula desakan dalam duburku, akhirnya aku tidak
tahan lagi dan menjerit keras melepas orgasmeku yang entah untuk
keberapa kalinya terjadi, dan tubuhku bergetar hebat sementara
kemaluanku menyemburkan cairan kental yang hangat. Rio segera menusukkan
jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku sambil terus
bergoyang maju mundur.
"Oh.. jepitanmu kuat sekali Han. Jariku sampai berdenyut-denyut di dalam. Bagaimana rasanya..? Asyikkan..?"
"Asyik sekali Yang. Oohh.. akh.. hmpm.. aku nggak kuat lagi." timpalku dengan memelas.
Leo langsung mengambil inisiatif, diangkatnya tubuhku ke atas tubuhnya
lagi seperti pada posisi awal dan langsung memberikan rangsangan maut
pada kedua buah dadaku yang memerah dan membengkak akibat
hisapan-hisapan mereka. Aku hanya mampu rubuh di atas dadanya dan
membiarkan tangannya sibuk menjelajahi buah dadaku, bibirnya pun tidak
mau kalah menjilati belakang telingaku dan leherku.
Dengan sekali jambakan kuat pada rambutku, dia memaksaku bertumpu pada
kedua tanganku dan mengulum bibirku. Aku hanya pasrah menerima semuanya,
bagaimanapun toh aku menyukai kekasarannya, juga pada saat dia
mengangkat pinggulku dan langsung menancapkan penisnya dalam vaginaku.
Oh Tuhan, sungguh sensasi yang luar biasa dimana ketiga lubang sex-ku
terisi semua. Satu di lubang vaginaku, satu penis lainnya di lubang
anusku berlomba memacu maju mundur berirama liar, sementara di mulutku
lidah Leo pun bergerak liar maju mundur menghisap lidahku. Jika saja
kiamat akan datang saat itu, aku takkan menyesal karena aku berada pada
puncak kenikmatan paling dasyat yang membuatku melayang ke surga.
Tempat tidur spring bed Leo berderak-derak seirama dengan gerakan kami.
Mungkin orang di luar kamar ini pasti mendengarnya, namun aku tidak
perduli lagi, bahkan aku ingin menjerit memamerkan keadaanku yang sedang
disenggamai kedua lelaki jantan ini. Napasku memburu dan kutekankan
buah dadaku di dada Leo sambil terus mengulum lidahnya.
"Ayo Sayang, oh.. goyang teruss..! Oh.. ya.. akh.. shh..!" desahku di antara lidah Leo.
Peluh kami banjir memenuhi tubuhku dan seprei coklat sampai akhirnya
tiba-tiba Rio berteriak keras dan kurasakan cairan hangat itu tumpah
dalam anusku. Aku merapatkan lubang anusku menjepit penis Rio dan
menahannya tetap di dalam anusku hingga sensasi itu hilang. Rio menampar
pinggulku keras sekali sambil memaki tidak jelas, lalu mencabut batang
kemaluannya dan rebah di samping kami.
Aku segera menegakkan badan dan gantian kini aku yang memompa Leo.
Kuturun-naikkan pinggulku semakin cepat hingga tusukan penis Leo terasa
sangat nikmat. Gerakan demikian sangat menguras tenagaku, sehingga tidak
lama aku tidak sanggup lagi mengangkat pinggulku, namun rupanya Leo
tidak mau melepaskan kenikmatan itu, maka dia lalu ganti mengangkat
pinggulku dan melakukan gerakan seperti tadi.
Tanpa melepaskan penisnya dari liang sanggamaku, leo membalik posisi
kami hingga aku terbaring di kasur dengan kaki mengangkang ke atas,
sementara Leo duduk tegak dan melanjutkan kegiatan mengocoknya. Dengan
posisi demikian aku lebih leluasa meremas payudaraku sendiri dan
bergoyang erotis sambil sesekali menarik dan menjepit putingku dan
mendesah halus. Menyaksikan aku yang bergerak erotis, Leo semakin
mempercepat frekuensi sodokannya plus gigitannya pada betisku. Tidak
lama kemudian dia mulai menegang.
"Han.., udah hampir nih..!"
"Jangan, jangan dicabut dulu Yang, aku juga hampir..!" pintaku memelas
dan kini aku pun ikut menggoyangkan pinggulku berlawanan arah dengan
dorongan pantat Leo.
"Keluarin dalam ya?" bujuk Leo.
"Ter.. se.. rahh.. akkhh..!" aku memuntahkan lagi cairan orgasmeku.
"Ohh.., enaknya jepitanmu Han. Oh.., ash.., shshsh.., aakhh..!" cairan
hangat yang kugilai itu tumpah dalam vaginaku dan aku sangat terkesan
oleh sensasi yang ditimbulkannya karena sebenarnya baru pertama kali ini
aku membiarkan sperma memenuhi vaginaku.
Aku sangat menjaga agar jangan sekali pun ada sperma yang menyentuh
daerah vaginaku, sebab aku tidak ingin hamil, tetapi hari ini aku lupa
akan kekhawatiranku itu. Aku ingin merasakan semua fantasi-fantasiku
selama ini, lagipula kalau hitunganku tidak salah hari ini aku masih
dalam masa tidk subur.
Leo lalu mengeluarkan penisnya dari vaginaku dan rebah di sebelah
kananku meninggalkan aku yang masih gemetar dengan anus dan vagina basah
penuh sperma. Kakiku tetap kubuka lebar agar aku dapat merasakan sperma
yang mengalir di bibir-bibir vaginaku yang masih berdenyut-denyut
kencang. Kedua lelaki tadi terbaring dengan mata tertutup entah tertidur
atau berpikir. Aku pun tidak dapat menahan kantuk dan segera tertidur
kelelahan dalam posisi tadi.
Ketika aku bangun hujan telah berhenti, kulirik jam di tembok ternyata
sudah jam 4 lewat, tangan kananku bergerak otomatis ke arah vaginaku,
sedangkan tangan kiriku mencari Leo ataupun Rio, namun ternyata mereka
sudah tidak ada di sampingku.
"Akh.., kemana sih mereka?" aku bergegas berdiri mencari bajuku atau minimal CD dan BH-ku, namun aku tidak mendapatinya.
Yang kudapat akhirnya hanyalah kemeja dan rokku saja. Akhirnya tanpa
mengenakan BH dan CD aku memakai baju dan rokku dan segera merapikan
diri, di luar terdengar tawa beberapa orang yang kupikir pasti Leo atau
Rio dengan teman-temannya.
Setelah yakin penampilanku sempurna, aku segera keluar mendapati mereka
dengan maksud meminta Rio mengantarku pulang. Benar saja di ruang tengah
ternyata Leo dan Rio berkumpul bersama teman-temannya lagi asyik
ngobrol dan nonton film triple X. Begitu aku muncul, mereka langsung
terdiam dan menatapku dengan ganjil. Memang tanpa BH payudaraku dengan
puting yang mencuat tegang tampak jelas di balik kemeja kuning muda dan
sangat tipis ini, dan itulah mungkin yang menyebabkan mereka terbelalak
menatapku.
"Udah bangun Han? Sini duduk sini yuk. Kenalin nih teman-temanku. Itu
Rudi, Adi, Dias, Deni dan Lilo." Leo memperkenalkan temannya satu
persatu.
Setelah menjabat tangan mereka, aku pun ditarik duduk di antara Leo dan
Rio, lalu ikut menyaksikan adegan panas di TV. Kami pun terlibat obrolan
menarik seputar sex dan ML selama kurang lebih satu jam sambil sesekali
mereka menggerayani tubuhku.
"Rio udah sore nih, antarin aku pulang dong..! Belum mandi nih." kataku
sambil mengancingkan kemejaku dan merapikan rokku yang telah tersingkap
kesana kemari.
Aku takut kalau lama-lama di sini jangan-jangan aku dikerjai mereka
semua disuruh melayani nafsu mereka. Bukannya aku tidak mau, sebenarnya
aku malah tergoda sekali untuk merangsang mereka, tapi aku malu lah
mengingat selama ini kan aku dikenal sebagai cewek 'baik-baik' dan aku
belum siap kehilangan predikat itu.
"Ok deh, yuk..!"
Aku segera mengambil tas dan buku-bukuku dari kamar Leo dan diantar
pulang oleh Rio. Sebelum mandi aku menatap tubuh bugilku di depan kaca
dan mengusap bekas-bekas cupangan Leo dan Rio di sekujur badanku
terutama daerah payudara, perut sampai di bawah pusarku. Bulu-buluku
menegang kembali mengingat kejadian barusan yang kualami, lalu tanpa
sadar aku bermastrubasi di depan kaca, tapi karena tidak kuat berdiri
aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan mulai mengerjai vaginaku
sendiri. Kumasukkan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam vaginaku,
lalu mulai mengocoknya sambil meremas putingku bergantian dengan tangan
yang satunya.
Lima belas menit akhirnya aku selesai tapi birahiku masih tinggi, maka
kuambil HP-ku dan menghubungi Ken mantan pacarku. Sampai sekarang kami
masih tetap berhubungan hanya untuk melepaskan hasrat seksual
masing-masing. Batang kemaluan Ken memang tidak sebesar punya Rio
apalagi Leo, tapi dia tahu bagaimana memuaskan aku dan membuatku
merindukan kocokan mautnya. Satu setengah tahun kami pacaran dan dia
telah mengajarkan segalanya tentang bagaimana membuat lelaki puas
melepas hasrat mereka dengan membiarkannya melakukan apa saja terhadap
tubuh wanita.
"Halo, Ken? Ke sini dong, aku kangen nih. Udah dua hari kamu nggak ke
sini, aku kan kangen mo ngemut lolipopmu. Aku hampir gila nih nggak
dikasih jatah. Bilang dong ama Vivi aku juga butuh, bukan cuma dia."
rayuku.
"Mau tau nggak aku lagi apa? Dengar ya Yang, aku lagi tiduran bugil mastrubasi bayangin kamu. Datang dong..!"
"Ok deh. Tapi aku nggak bisa lama-lama, soalnya jam tujuh nanti ada
janji mo temenin Vivi ke pesta. But kamu siap-siap aja ya aku datang
bentar lagi."
Kututup telponku setelah memberikan ciuman panjang kepadanya.
Aku langsung bergegas mandi, berdandan dan mengatur kamarku tanpa
memakai baju, hanya kulilitkan handuk saja. Kasur kuletakkan di tengah
ruangan dan kututupi dengan selembar kain, sebab aku tidak mau nanti
malam tidur dengan bau sperma. Untungnya kosku ini termasuk bebas
dimasuki cowok sampai jam 10 malam, jadi kami bebas melakukan apa saja
tanpa perlu khawatir, apalagi khusus saat ini hujan tampaknya akan deras
lagi, sehingga aku yakin segaduh apapun kami nanti suaranya akan hilang
ditelan deru angin dan hujan.
Setelah selesai persiapan ruangnya, aku segera mengoleskan baby oil ke
seluruh badan agar tampak mengkilap dan seksi plus harum. Tidak lupa aku
makan dahulu, tidak terlalu banyak yang penting cukup untuk memberi
tenaga, karena aku tahu kalau sudah berhubungan dengan Ken aku pasti
tidak bakalan sanggup bangun apalagi makan. Tidak lama setelah aku
merapikan dandanan lagi sehabis makan, kudengar pintu diketuk dan aku
bergegas membukanya.
"Hallo cantik," Ken mencium bibirku dan mencubit pantatku di balik handuk yang kukenakan sebelum masuk dan memutar film blue.
Dia memang suka merangsang dirinya dengan menonton film begituan sebelum
meniduriku. Setelah mengunci pintu aku menyusulnya dan segera kuciumi
bibir dan lehernya habis-habisan dengan napas memburu. Aku memang tidak
butuh film untuk merangsang diriku, sebab dengan bugil di depan cowok
saja dan membayangkan bahwa sebentar lagi aku akan menjerit-jerit
kesenangan cukup untuk membuatku merasa horny.
"Umhh.. aku kangen sekali Yang,"
Kubuka kancing kemejanya satu persatu sambil kuciumi dadanya, dia tetap
tidak bergeming sambil terus menatap layar TV. Kujilati sekujur tubuhnya
mulai dari wajah, leher, dada hingga ke perut dan pusarnya, dia hanya
mendesah sedikit. Memang cowok ini susah dirangsang, tapi kalau sudah
on, wuiihh dasyat..! Oleh sebab itu meski harus kurendahkan diriku
dengan menari-nari erotis menjilat kepala sampai ujung kakinya pun aku
rela, bahkan bila aku diharuskan merengek dan menangis memohon padanya
untuk sudi menusuk kemaluanku, aku pasti mau.
Dia telah membuatku bertekuk lutut dan memujanya. Seluruh sendiku
terlanjur dibuatnya tergila-gila pada jilatannya, hisapannya,
kecupannya, sentuhannya, remasannya, cubitannya, bahkan pada pukulan dan
tamparannya. Bercinta dengannya berarti merelakan diri menjadi budak
seks yang sangat hina yang hanya dapat menerima perlakuannya tanpa
banyak cincong.
Puas bermain dengan dada dan putingnya, aku membuka ikat pinggangnya dan
kurebahkan dirinya di atas kasur agar aku dapat menelanjanginya dengan
mudah. Kulempar jauh-jauh handuk yang menutup tubuhku, lalu mulailah aku
beraksi merangsangnya, mulai dari kuciumi jari-jari kakinya, kukulum
dan kujilat dengan penuh perasaan lalu naik menuju betisnya, kulakukan
hal serupa pada sebelah kakinya.
Kurapatkan kedua kakinya dan kurebahkan badanku di atasnya lalu
kugesek-gesekkan buah dadaku hingga bersentuhan dengan bulu-bulu
kakinya. Iihh.. gelinya.. merangsang. Kubuka kembali kedua kakinya dan
kutekuk, lalu aku masuk di antaranya dan merapatkan wajahku ke
selangkangannya. Kumanja dia dengan oral seks kebanggaanku, membuatnya
makin lama makin mengerang tidak karuan.
Akhirnya usahaku tidak sia-sia, bersamaan dengan adegan memancarnya mani
pria di film porno itu Ken segera merenggut rambutku dan menarikku
hingga rebah di kasur. Aku gemetar dan berdebar-debar menanti luapan
birahinya atasku. Dengan ahlinya Ken menggerayangi tubuh bugilku dengan
lidah dan tangannya sekaligus menyentuh setiap titik rangsangku,
membuatku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendesah, melenguh dan
menggelinjang hebat tatkala sebelah putingku digigit, sedangkan
sebelahnya lagi dipelintir jarinya dan tangan satunya sibuk bermain di
daerah kemaluanku, sebelum akhirnya kedua jarinya amblas ke dalam
vaginaku.
"Aakkhh.. Ooww yeah..!" kugigit bibirku erat-erat mencegah jeritan penuh kenikmatan yang hendak keluar.
Badanku mulai bergoyang seirama dengan sodokan jari-jarinya di dalam
vaginaku. Tanganku bergerak meraih wajahnya dan kukulum bibirnya penuh
nafsu. Kubayangkan lidahnya sebagai sebuah penis dan kuhisap dengan
semangatnya. Kemaluanku pastilah sangat banjir sebab dapat kudengar
bunyi kecipaknya beradu dengan tangan Ken semakin jelas. Ken mencabut
jarinya dan menarik lidahnya dariku yang langsung memperlihatkan wajah
kecewa tapi tidak lama kemudian wajahku segera berubah menjadi meringis
nikmat tatkala kurasakan lidah Ken menari-nari di lubang sanggama hingga
anusku sambil tidak lupa menghadiahkanku beberapa gigitan di klitoris,
bibir vagina dan daerah panggulku.
Enaknya cumbuan Ken membuatku merintih-rintih dan melambungkan dadaku
hingga payudaraku yang bengkak berisi bergoyang-goyang liar menggoda Ken
untuk meremasnya sambil tetap menghisap vaginaku menelan semua cairan
yang keluar dari vagina merah jambuku ini. Adakalanya dia begitu lembut
menjilati tubuhku dan membelai seluruh permukaan kulitku, membuatku
mendesah nikmat, namun kadang pula dia begitu liar dan kasar melahap
semua kenikmatan yang ditawarkan tubuh bugil dan menggoda yang terbaring
menyerah tanpa syarat kepadanya ini.
Dia memang tidak dapat ditebak, semakin keras aku menjerit kesakitan,
makin bernafsu dia menyakiti dan membuatku menjerit lebih keras lagi.
Jika sampai di satu titik dimana aku tidak dapat menjerit lagi dan hanya
dapat menangis lirih menahan rasa sakit sekaligus nikmat, maka dia
tampak sangat puas dan mulai melembutkan cara bercintanya. Namun
anehnya, dari pertama kuserahkan diriku bulat-bulat padanya, aku telah
jatuh cinta pada cara bercintanya yang aneh ini, atau dengan kata lain
lama-lama aku kecanduan berat ditiduri olehnya hingga satu hari saja
tidak kurasakan penisnya menyodok vaginaku, maka pastilah aku terus
uring-uringan tidak menentu.
Ketika aku tidak berdaya lagi, akhirnya Ken mau meloloskan permohonanku
untuk disenggamai olehnya. Sebagai permulaan, dipaksanya aku mengulum
penisnya agar licin jika dimasukkan ke dalam vaginaku. Tentu saja
pekerjaan itu kusambut dengan senang hati dan kukerahkan seluruh
kemampuanku menjilat, mengulum dan mengisap penis yang sangat kudamba
itu.
Pekerjaanku itu memang 'tokcer', buktinya Ken segera mengalihkan
penisnya ke arah vaginaku, dan amblas lah batang lumayan besar itu,
meski tidak sebesar punya Rio atau Leo itu ke dalam liang senggamaku dan
tentu saja disambut vaginaku penuh sukacita dengan langsung menjepitnya
erat-erat. Dari gerak tubuh Ken kutahu dia pun sangat terangsang dan
ingin menyalurkan nafsunya itu sesegera mungkin.
Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan napas terengah
cepat dan gesekan seprei di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul dari
terpaan daerah selangkang Ken dengan pantatku. Tubuh kami menyatu
bergoyang seirama tidak beraturan, kadang cepat kadang pelan, lalu cepat
lagi hingga beberapa kali aku tidak sanggup menahan erangan keras yang
keluar sebagai ungkapan nikmat yang kurasakan tatkala gesekan kejantanan
Ken terasa sekali dalam dinding vaginaku. Tengah asyiknya aku mendaki
gunung kenikmatan birahi itu, tiba-tiba Ken menghentikan sodokannya dan
menarik rambutku hingga leherku serasa akan patah.
"Hana, kamu habis ditiduri orang lain ya?" tanyanya marah sambil lebih
keras lagi menarik rambutku sampai kepalaku mendongak ke atas dalam
posisi doggy style.
"I.., iya Ken." jawabku ketakutan.
"Kapan dan di mana, Han..?"
"Tadi siang di rumah temanku." erangku pelan menahan sakit. "Aku dipaksa
Ken, aku nggak bisa menolak, abis mereka berdua sih." tambahku sambil
berbohong sedikit untuk membela diri.
"Ooo.. jadi sekarang kamu udah terima servis massal ya? Dasar perempuan
jalang nggak tau diri, memekmu gatal apa kalau nggak dimasuki kontol?
Rasanya aku harus memberimu pelajaran deh."
Tanpa mencabut penisnya dari liang senggamaku, tangannya meraih ikat
pinggangnya yang tadi kuletakkan di sisi tempat tidur. Aku tidak berani
bersuara sedikit pun, bahkan tidak berani mengembalikan kepalaku ke
posisi normal.
Selanjutnya dapat ditebak, Ken menaikiku bagaikan seorang rodeo.
Dicambuknya tubuhku sambil terus mengocok kejantanannya di dalam
liangku. Setiap pukulan yang hinggap di tubuhku hingga berbekas merah
sangat dinikmatinya, begitu pula setiap jeritan yang keluar dari
bibirku, semakin mendorongnya mencapai orgasme, sementara mulutnya tidak
berhenti memaki-maki aku.
"Aakh.. kkhh.." setelah berganti gaya beberapa kali agar dia dapat terus
menyodokku sambil memukul hingga tidak ada bagian tubuhku kecuali wajah
yang luput dari ciuman ikat pinggangnya, akhirnya dia mencapai orgasme
yang sangat hebat.
Semprotan air maninya terasa hangat ketika tumpah di wajah dan mulutku.
Mau tidak mau meski badanku penuh bilur kemerahan aku juga mencapai
orgasme yang sangat hebat pula hingga tubuhku bergetar liar sebelum
akhirnya diam terpuruk di atas kasur. Kupejamkan mataku sambil menjilati
sperma yang masih tersisa di sekitar mulut dan wajahku.
"Kamu memang berbakat jadi perek Han. Dari pertama aku menidurimu, aku
langsung tahu kalau kamu ini memang perempuan binal yang sangat-sangat
gatal. Tapi nggak pa-pa, mungkin itu malah menguntungkan suatu hari
kelak."
Ditepuknya pahaku sebentar, lalu dia cepat-cepat berkemas memakai bajunya.
"Besok kuhubungi lagi kalau ada waktu. Kamu boleh tidur dengan orang
lain tapi ingat, kamu harus beritahu aku dulu. Mulai sekarang aku yang
akan menentukan dengan siapa kamu bisa bersanggama dan siapa yang boleh
menidurimu. Dengar?"
Aku hanya dapat mengangguk menerima ultimatumnya meski masih tidak jelas
dengan maksudnya. Dia masih sempat menggigit klitorisku sebelum
meninggalkanku terbaring tanpa daya penuh memar dan sperma di dada dan
wajah. Tanpa repot-repot membersihkan diri aku langsung jatuh tertidur
kecapaian.
Keesokkan hari dan hari-hari selanjutnya hingga saat ini Ken mewujudkan
kata-katanya dengan menjadikan aku pelacur sungguhan yang melayani semua
permintaan kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan klien yang tidak
lain adalah teman-temannya sendiri. Aku tidak pernah menyesali semua
yang terjadi pada diriku, sebab justru dengan menjadi pelacur di tangan
Ken aku dapat memenuhi semua kebutuhanku, terutama kebutuhan akan seks
yang tidak kusangka semakin hari semakin besar.
Sejak saat itu aku telah enam bulan menjadi pelacur di kalangan teman
dan relasi Ken. Rio dan Leo menjadi klien tetapku setiap Jumat malam
tanpa dipungut bayaran. Ken sendiri masih sering meniduriku, terutama
bila tidak ada pesanan. Sebagai tambahan pula semenjak lima bulan yang
lalu aku pindah kos ke sebuah rumah kontrakkan bersama empat orang gadis
lain termasuk Vivi agar kami lebih bebas menerima klien dan bebas
ditiduri oleh pacar-pacar kami dan berorgy semalam suntuk. Tapi peranku
di dunia kampus tetap tidak berubah. Di mata teman-teman yang tidak
mengetahui kerja sembilanku, aku tetap Hana yang dulu, mahasiswi
semester delapan yang cemerlang dan nyaris tanpa cela di mata dosen.
© 2014 - 2019 Cerita-Cerita.Sextgem
Cerita cerita sex sejagat
hi , girl jum videocall , chat share2 something ke
add wechat : senzomaka92
add skype : mad.senzo
jum
Horny