Cerita-Cerita Seks Sejagat
Sejak tinggal dirumah tante, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal
duit. Sampai suatu ketika rumah tante kedatangan tamu dari Manado,
namanya Tante Wina. Menurut tanteku Tante Wina ini tinggalnya di desa
jadi agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat
wajah desa dari Tante Wina. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh
dengan Tante Rini) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih
membuat orang tidak mengira kalau Tante Wina adalah wanita desa.
Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau Tante Wina orang desa adalah
logat bahasanya yang bener - bener medok.
Akupun langsung akrab dengan Tante Wina karena orangnya lucu dan suka
humor. Bahkan aku sering ngeledek karena dialeknya yang ngampung itu.
Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 162 cm. Pinggangnya
langsing, lebih langsing dari Tante Rini, dan yang bikin pikiran kacau
adalah buah dadanya yang lumayan gede. Aku nggak tau persis ukurannya
tapi cukup besar untuk menyembul dari balik daster.
Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Wina haus
sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba?
Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa
menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku.
Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan tanteku, (dan banyak wanita STW)
rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah
ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.
Dirumah, tante Rini sudah beberapa kali berpesan padaku jangan sampe aku
perlakukan Tante Wina sama sepertinya, rupanya Tante Rini cemburu
karena ngeliat kemungkinan itu ada. Sampai suatu ketika tante sedang
pergi dengan om ke Surabaya selama dua hari. Sehari sebelum berangkat
aku sempat melampiaskan nafsuku bersama tanteku di sebuah motel deket
rumah, biar aman. Disana sekali lagi tante Rini berpesan Aku mengiyakan,
aku bersusaha meyakinkan.
Setelah tante dan om berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah
tinggal aku, Tante Wina dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom
berhasil. Beberapa kali aku menggoda Tante Wina dengan cerita-cerita
menjurus porno tapi Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu
ingin menyetubuhi Tante Wina, malamnya aku coba mengintip saat dia
mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana
mengintip dari lubang ventilasi.
Hari mulai malam ketika Tante Wina masuk kamar mandi, aku memutar
kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam
kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Wina menanggalkan daster merah
jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante Wina tidak
memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang
kuidam-idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama
Tante Wina membasuh wajahnya. Sejenak dia diam dan tiba-tiba tangannya
mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah
dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan
sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Wina menjelajah setiap jengkal
tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan Tante Wina
bergetar dan dengan mata menutup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya
kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku
juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar
mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga
mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.
Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan.
Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Wina sedang mendongak menatapku.
Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam
kamar mandi Tante Wina memanggilku lirih.
“Ryo, nggak baik mengintip,” kata tante Wina.
“Aduh mati aku ketahuan deh,” gumamku dalam hati.
"Maaf, tante ga sengaja," kataku pelan
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata Tante Wina lagi
sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga
aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejap aku
sudah stand by di depan pintu kamar mandi. mataku sedikit melongok
sekeliling takut ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi
terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Wina melilitkan handuk
ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas
terlihat, putih dan sangat menggairahkan.
“Kamu pake ngitip aku segala,” ujar Tante Wina.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku kena tampar, hehehe,” balasku.
Tante Wina memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan
busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas
dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo
Tante Wina tuh orang desa. Ternyata keahlian bercinta itu tak memandang
desa atau kota yah.
Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi
masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkan menempel
ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante Wina membungkuk dan
melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikmat
sekali rasanya. Tante Wina lebih rakus dari tante Rini. Atau mungkin
disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Beberapa menit kemudian
setelah puas menghisap, tante Wina mengambil duduk dibibir bak mandi dan
menarik wajahku. Kutau maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah
diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk
dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante Wina menggelepar. Erangan demi
erangan keluar dari mulut Tante Wina.
“Ryo kamu hebat, pantesan si Rini puas selalu,” cerocos Tante Wina.
“Emangnya Tante Wina tau?” jawabku disela aktifitas menjilat.
“Ya tantemu itu cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia berpesan jangan menggodaku, dia cemburu tuh,” balas Tante Wina.
Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante Wina.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan
kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku
belum keluar tadi, hehehe kamu tertipu ya, tapi yo, sekarang masukin
yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata Tante Wina lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.
lalu aku bilang padanya "Sebentar lagi tante belom juga apa-apa masa mau langsung sih".
“Creeep…” secara tiba-tiba ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah vaginanya itu.
“Aaahh… kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang vaginanya
adalah terindah yang pernah kucicipi, bibir vaginanya yang merah merekah
dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja.
Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir vagina itu dengan mulutku.
“Ooohh lidahmu.. oooh nikmatnya Ryo…” lirih Tante Wina.
“Aahh.. sayang… Tante suka yang itu yaahh.. sedooot lagi dong sayang
oooggghh,” ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku.
Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima menit kemudian… “Sayang.. Aku ingin cicipin punya kamu juga,”
katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di vaginanya.
“Ahh… baiklah Tante, sekarang giliran Tante lagi yah..,” lanjutku
kemudian berdiri mengangkang tepat di depan wajahnya . Tangannya
langsung meraih Mr. Happyku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya
yang jauh di atas rata-rata.
“Okh Ryo… indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung
menjulur kearah kepala Mr. Happyku yang sudah sedari tadi tegang dan
amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm… ngggmm,” belum
lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan kearah mulutnya
dan, “Crooop..” langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya
menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan
kegelian yang justru semakin membuat senjataku tegang dan keras.
“Aduuuh enaak… ooohh enaknya Tante ooohh..” sementara ia terus menyedot
dan mengocok Mr.Happyku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin
sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut
bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di
punggungnya yang halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala Mr.
Happyku dalam mulutnya, “Mm… hmmm…” hanya itu yang keluar dari mulutnya,
seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya.
“Crop…” ia mengeluarkan Mr. Happyku dari mulutnya. Aku langsung
menyergap pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit
berbulu itu kuserbu dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah
membanjir di bibir vaginanya.
“Aoouuuhh… Tante nggak tahan lagi sayang ampuuun… Ryoooo… hh masukin
sekarang juga, ayooo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera
kuarahkan Mr. Happyku ke selangkangannya yang tersibak di antara
pinggangku menempatkan posisi liang vaginanya yang terbuka lebar, pelan
sekali kutempelkan di bibir vaginanya dan mendorongnya perlahan, “Nggg…
aa.. aa.. aa.. iii.. ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali sayang, ooohh…”
ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris.
“Ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Ryyooo… oooh,” desah Tante Wina.
“Yaahh enaak juga Tante.. ooohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot
yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, ooohh enaakk… ooohh Tante
ooohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali.
Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan
pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan
vaginanya yang tertusuk Mr. Happyku, secara otomatis tanganku meremas
keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula vaginanya menjepit dan
berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.
Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Wina terasa
menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera
diraihnya, “Ryooo… aahh aku nngaak… nggak kuaat aahh.. aahh.. ooohh…”
“Taahaan Tante… tunggu saya dulu nggg.. oooh enaknya Tante.. tahan dulu …
jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Wina menegang
kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari
wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan
pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku
meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu
padanya. “Ooo… nggg… aahh… sayang sayang.. sayang.. oooh enaak.. Tante
kelauaar.. ooohh.. ooohh…” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan
itu. Aku merasakan jepitan vaginanya disekeliling Mr. Happyku mengeras
dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa
menyemprot enam kali di dalam liang vaginanya sampai sekitar sepuluh
detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.
Kemudian aku genjot lagi tanpa memberikan waktu untuk istirahat untuk
Tante Wina. Selang tak berapa lama Tante Wina mengerang nikmat dan merem
melek setiap kali kugenjot dengan batang kejantananku yang sudah besar
dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik
tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba
ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya
diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan
Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan
vaginanya ketika kugenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman
sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar masuk.
Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style.
Sambil membungkuk, tante Wina menopangkan tangan di bak mandi dan dari
belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang
Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk
pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Wina mendesis-desis seperti
kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.
Dalam beberapa menit kemudian Tante Wina memintaku untuk tiduran di
lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku
tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding
sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya
dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang
Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah
membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku.
Rupanya Tante Wina sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya
terpejam dan desisannya menguat.
Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan
kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak
tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“Ryo, aku mau nyampe lagi nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.
Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas.
Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi
tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kugenjot
lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante Wina
memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi.
Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami
menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“Tante aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya Ryo, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus
kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan
dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku
tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante
Wina dan kamipun mandi bersama.
Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut
Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Wina yang keluar duluan, setelah aman aku
menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante Wina
langsung menyusul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih
telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan
babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu
membara. Kuhitung ada sekitar 7 kali kami keluar bersama. Aku sendiri
sudah terbiasa dengan orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde
terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi
orgasme tetap jadi sensasi.
Selama 2 hari Tante Rini di Surabaya, aku habiskan segala kemampuan
sexualku dengan Tante Wina. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante
Wina tinggal dirumah Tante Rini. Selama itu pula aku kucing-kucingan
bermain cinta. Aku harus melayani Tante Rini dan juga bermain cinta
dengan Tante Wina. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa
capek harus melayani dua wanita STW yang dua-duanya punya nafsu tinggi
karena aku juga menikmatinya.
© 2014 - 2019 Cerita-Cerita.Sextgem
Cerita cerita sex sejagat